Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah mempersiapkan prototipe kurikulum baru untuk diterapkan pada 2022. Kurikulum tersebut juga diterapkan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Kurikulum prototipe untuk kurikulum SMK yang baru agar bisa diterapkan,” ujar Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto dalam Festival Sekolah Menyenangkan, Senin 20 Desember 2021.
Dia menjelaskan, semangat penerapan kurikulum baru tersebut telah ada dalam organisasi Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Kurikulum tersebut berpatokan pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK).
“Kurikulum baru itu bisa banyak materinya yang di dalamnya ada dan sudah diisi semangat GSM, misalnya P5BK,” tuturnya.
Wikan menilai kurikulum baru akan meningkatkan profil Pelajar Pancasila hingga mendorong project based learning sampai tiga semester. Kurikulum tersebut, kata Wikan, juga akan menyederhanakan pembentukan hardskills.
“Artinya softskills kita melihatnya menjadi wadah yang sangat penting,” jelas Wikan.
Ia berharap kurikulum baru ini dapat membebaskan guru dan kepala sekolah untuk memerdekakan anak-anak belajar. “Dan ini akan lebih memanusiakan, memartabatkan siswa menjadi yang terbaik,” tuturnya.
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal mengatakan, festival kali ini mengangkat tema “Titik Balik”. Tema ini merupakan bagian dari keinginan GSM untuk menyampaikan pesan yang berbeda di setiap festival atau seremonial.
“Kita tidak sedang merayakan siapa yang mendapat penghargaan, tetapi memfestivalisasi, memberi panggung kepada orang-orang yang kita anggap telah mengalami titik balik di dalam perjalanan kehidupannya, khususnya dalam hal mengajar,” kata Rizal.
‘Titik Balik’ ini dapat dipahami sebagai bentuk dari ajakan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kepada bangsa untuk kembali kepada titik balik, bagaimana pendidikan ini didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara. “Beliau memprotes model pendidikan kolonialisme Belanda yang hanya mengagungkan materialistik dengan mendirikan Taman Siswa, di mana setiap warga negara pribumi memiliki kesempatan untuk menegakkan kembali hak-hak pendidikannya secara utuh,” terangnya.
Hal ini sebagaimana wujud dari memanusiakan dan memerdekakan manusia. Sejalan dengan hal tersebut, Anik Sudiartini, salah seorang Kepala Sekolah Penyimpang Positif GSM pun turut membenarkan bahwa merdeka belajar bisa didapatkan melalui GSM yang memang memanusiakan manusia melalui pendidikannya.
“GSM telah menjawab kegelisahan saya. Maka dari itu melalui GSM saya akan terus bergerak, bergerak, dan terus bergerak, menggelorakan GSM tanpa kenal lelah,” kata Anik.
Sumber: https://www.medcom.id/
Tinggalkan Komentar